Remaja dan pacaran. Dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dua kenikmatan pula dari Tuhan yang aktivitasnya selalu berkaitan. Ada yang menjadikannya kebutuhan, sampingan, dan pilihan. Ada juga yang hanya gengsi kepada teman agar tak direndahkan. Ya, memang rasa suka terhadap lawan jenis adalah hal yang normal, malah aneh bagi remaja ketika melakukan sebaliknya. Ikatan batin dengannya membuat pikiran barandai-andai, saling perhatian, juga terkadang ada rasa malu yang menyelimuti mereka. Setelah itu, aktifitaslah agenda berikutnya. Makan bersama, jalan-jalan bersama, bersepeda berdua, saling mengetahui riwayat hidupnya dan ada yang sampai memperkenalkan terhadap orang tuanya. Tidak salah, mereka menganggap pacaran itu mempunyai dampak positif bagi psikologis dan saya yakin apa yang mereka lakukan tidak melampaui batas, tidak berpegangan tangan, saling menjaga jarak, dan saling mengingatkan. Itulah pacaran yang selama ini diidam-idamkan.
Perlu diketahui, pacaran yang baik tidak ada tuntunan dalam islam bahkan sang teladan kehidupan tidak pernah mencontohkan yang seperti ini. Namun kita harus memahami, hidup dengan keheningan yang cukup tinggi, hidup tanpa ada kesenangan dalam hati juga tidak baik. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh melarang secara tegas kepada mereka yang menjalin hubungan, tugas kita meyakinkan aqidah kepada mereka. Melalui guru mengaji namun lebih baik orang tuanya sendiri. Dengan aqidah yang kuat, mereka akan selalu membentengi diri untuk tidak berbuat semena-mena, akan selalu ingat terhadap Allah Yang Maha Esa dan akhirnya akhlak terpuji akan terbentuk dengan sendirinya. Sekali lagi, aqidah yang kuat.
Selanjutnya mengenai tren masyarakat atau remaja pada umumnya. Hanya orang tertentu saja yang berhasil menahan chating-an dengan lawan jenis. Bahkan remaja yang seperti itu sering dikatakan ‘sok alim, sok sibuk, dan lainnya’. Sedangkan yang lain berbeda. Mereka nyaman, menikmati dan merasa tidak mengganggu pelajaran maupun kehidupannya, malah merasa bersemangat. Bukan berarti kesibukannya adalah mencari pasangan untuk masa depan, tetapi memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Dengan ini pacaran bisa berakibat dalam 2 segi. Psikologis dan fisik. Ada akibar positif juga ada negatif. Melihat maraknya pacaran serasa tak bisa dihindarkan namun bisa memanfaatkannya, yakni pacaran untuk masa depan. Bersemangat dalam setiap hari ditemani sang pujaan hati hingga masa depan terlampaui. Menjaga hubungan dengannya dengan memperkuat aqidah dan membentuk akhlaqul karimah. Berdua. Sehingga tak ada kesalahan yang terjadi diantara mereka. Juga tak salah mereka memutuskan untuk menikah setelah bertaaruf yang selama ini telah mereka jalani. Masa depan dapat, hidup penuh semangat pun juga dapat. Sehingga sukses dunia-akhirat.
Perlu diketahui, pacaran yang baik tidak ada tuntunan dalam islam bahkan sang teladan kehidupan tidak pernah mencontohkan yang seperti ini. Namun kita harus memahami, hidup dengan keheningan yang cukup tinggi, hidup tanpa ada kesenangan dalam hati juga tidak baik. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh melarang secara tegas kepada mereka yang menjalin hubungan, tugas kita meyakinkan aqidah kepada mereka. Melalui guru mengaji namun lebih baik orang tuanya sendiri. Dengan aqidah yang kuat, mereka akan selalu membentengi diri untuk tidak berbuat semena-mena, akan selalu ingat terhadap Allah Yang Maha Esa dan akhirnya akhlak terpuji akan terbentuk dengan sendirinya. Sekali lagi, aqidah yang kuat.
Selanjutnya mengenai tren masyarakat atau remaja pada umumnya. Hanya orang tertentu saja yang berhasil menahan chating-an dengan lawan jenis. Bahkan remaja yang seperti itu sering dikatakan ‘sok alim, sok sibuk, dan lainnya’. Sedangkan yang lain berbeda. Mereka nyaman, menikmati dan merasa tidak mengganggu pelajaran maupun kehidupannya, malah merasa bersemangat. Bukan berarti kesibukannya adalah mencari pasangan untuk masa depan, tetapi memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Dengan ini pacaran bisa berakibat dalam 2 segi. Psikologis dan fisik. Ada akibar positif juga ada negatif. Melihat maraknya pacaran serasa tak bisa dihindarkan namun bisa memanfaatkannya, yakni pacaran untuk masa depan. Bersemangat dalam setiap hari ditemani sang pujaan hati hingga masa depan terlampaui. Menjaga hubungan dengannya dengan memperkuat aqidah dan membentuk akhlaqul karimah. Berdua. Sehingga tak ada kesalahan yang terjadi diantara mereka. Juga tak salah mereka memutuskan untuk menikah setelah bertaaruf yang selama ini telah mereka jalani. Masa depan dapat, hidup penuh semangat pun juga dapat. Sehingga sukses dunia-akhirat.
Komentar
Posting Komentar