Panduan Salat Idul Fitri Di Rumah
Sumber: Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah.
Dilaksanakan 2 rakaat saat terbit matahari
(waktu Dhuha). Tanpa disertai salat sunnah (sebelum dan sesudah)
Takbir salat ‘Id:
·
Pada rakaat pertama sebanyak 7 kali
setelah takbiratul ikram
·
Pada rakaat kedua setelah takbiratul qiyam
(intiqal) sebanyak 5 kali
Dengan mengangkat tangan pada semua
takbir. (tidak ada tuntunan bacaan disela-sela takbir tersebut)
Bacaan surat setelah membaca surat
Al-Fatihah:
·
Imam membaca surat Al-A’la / surat
qaaf pada rakaat pertama
·
Surat Al-Ghaasyiyah atau surat
al-qamar pada rakaat kedua.
·
Atau sesuai kemampuan imam dimasing-masing
keluarga
Khutbah ‘id:
·
hanya satu kali khutbah (tidak
diselingi dengan duduk antara dua khutbah
·
Dimulai tahmid, Alhamdulillaah
(bukan dengan takbir). Dalam khutbah ‘Id memang diperbanyak menyelingi dengan
takbir.
·
Diakhiri dengan doa. Dengan mengangkat
jari telunjuk tangan kanan sebagaimana pada khutbah jumat
Kepala keluarga menjadi imam, namun jika
ada yang lebih fasih bacaan al-qurannya boleh menggatikan menjadi imam
Tidak ada adzan dan iqamah
Imam menyerukan “As-Sholaatul Jami’ah”
menjelang pelaksanaan sholat
Khutbah ‘Id
Assalamu’alaikum Wr Wb
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى
اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Tahmid:
Alhamdulillahirabbil’alamin, washolatu wassalamu alaa asrafil anbiyaa i
walmursalin, wa’ala alihi wahohbihi ajma’in
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Syahadat: Asyhadu allaa ilaa ha
illa allah wa asyhadu anna muhammaduan abduhu wa rasuluh
للَّهُمَّ
صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ
Salawat: Allahumma sholli ‘ala
Muhammad wa ‘ala alii Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa ali
ibraahiim.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Pesan bertaqwa: Qalallahu ta’alaa
fil quraanil kariim, a’udzubillahiminasy syaitoonirrajiim
bismillaahirrahmaanirrahiim: yaa ayyuhalladzina aamanut taqullahha haqqo
tuqotih, walaa tamutunna illa wa antum muslimun.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ
إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh nikmat-Nya kepada kita,
sehingga kita bisa kembali merayakan Idul Fitri. Hari raya kesucian, hari raya
kekuatan, dan hari raya kemenangan.
Betapa
besar karunia Allah yang dianugerahkan kepada kita saat ini. Kita telah
melewati bulan Ramadan 1441 dengan penuh arti. Lebih banyak bersama keluarga
yang saling mencintai. Benar. Hari ini adalah momentum idul fitri. Semua umat
muslim merayakan dengan senang hati. bahkan sampai di pelosok negeri ini.
Namun,
apakah kita telah menjadi pribadi yang fitri? Pribadi yang suci, Pribadi yang
mampu mengendalikan diri-sendiri. Yang mana keadaan ini adalah keadaan asli. Cenderung kepada kebaikan, kebenaran, ketaatan
dan perilaku yang mencerminkan islam. Tak terbayang sebelumnya, kita telah
berhasil melakukan amal-amal istimewa pada 1 bulan penuh. Kita mampu
mengendalikan diri untuk terus berbuat baik pada 1 bulan penuh. Yang semua itu akan menjadi bekal 11 bulan
kedepan untuk terus melakukan amal kebaikan seperti di bulan Ramadan.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ
إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Jika
hari raya idul fitri adalah ujungnya, maka bisa dikatakan bahwa kita telah
mencapai garis finis. Artinya, ibadah puasa Ramadan tahun ini sudah selesai. Namun,
jika tujuan puasa sendiri belum bisa kita rasakan sampai saat ini, apakah kita
puas dengan garis finis tersebut? Sekali lagi, jika tujuan puasa belum terasa
sampai saat ini, apakah kita puas dengan garis finis tersebut? Lantas, untuk
itu apa gunanya finis?
Pastinya
kita sudah tahu apa tujuan puasa. Betul, menjadi manusia yang bertaqwa. Manusia
yang mampu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Namun hal
tersebut adalah hakekat taqwa secara luas. Menurut Ali bin Abi Thalib hakekat
taqwa dibagi menjadi empat dan ini bisa menjadi tolak ukur keberhasilan Ramadan
kita.
Pertama
adalah takut kepada Allah. Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang mu’min.
bukan berarti takut harus menjauhi, melainkan takut akan murka dan siksa Allah.
Ibadah puasa telah mendidik kita untuk memiliki rasa ini. Rasa yang membuat kita
untuk bisa menyesuaikan diri atas ketentuan-ketentuan-Nya. Merasa diawasi oleh
Allah dimanapun dan kapanpun berada, sehingga tidak akan berani ketika
melaksanakan perbuatan dosa sekecil apapun.
Kedua,
beramal berdasarkan wahyu Allah. Orang yang bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan
sesuatu sesuai dengan wahyu Allah. Seperti halnya apa yang telah dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Para sahabat selalu berusaha untuk mengkaji Al-Qur’an dan
Hadits, sebab apabila perlakuan mereka ada yang tidak benar menurut wahyu
Allah, maka para sahabat berusaha untuk meninggalkan dan tidak akan
mengamalkannya lagi.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ
إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ketiga,
Mengutamakan Akhirat. Ibadah Ramadan menuntut kita untuk terus beramal
kebaikan demi kebaikan. Menuntut untuk mempersiapkan hidup setelah kematian. Apabila
kita akan terus mengingat kematian , kita tidak akan menyia-nyiakan hidup ini. Tidak
akan membiarkan waktu berjalan tanpa kekosongan. Artinya akan terus berusaha
mengefektifkan waktu untuk melakukan kegiatan yang positif. Allah SWT berfirman
dalam surat Alkahfi ayat 110
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ
يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟
لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Yang artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Hakekat
taqwa yang terakhir menurut Ali Bin Abi Thalib adalah mempunyai sifat Ridha.
Sifat ridha disini sebanding dengan sifat qanaah, yang bermaksud rela menerima
atau merasa cukup dengan apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat
ketidakpuasan. Sikap ini menuntut untuk selalu bersyukur apa yang telah
dianugerahkan kepada kita dan menjuahkan dari hasad.
Dari
penjelasan diatas, bahwa untuk menjadi orang yang bertaqwa harus memiliki
kesungguhan. Tekad yang kuat dan optimis. Berbekal puasa selama 1 bulan
ditambah menghidupkan di malam harinya, semoga kita mampu menjadi pribadi yang
bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa.
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ
اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Doa
Akhirnya, marilah kita bermunajat kehadirat
Allah SWT, memohon ampun dosa dan memohon kekuatan lahir dan batin bagi
keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
ALLAHUMMA SHOLLI ALA MUHAMMAD WA ALAA ALI MUHAMMAD, WAL
HAMDULILLAHIRABBIL’ALA (mengangkat jari telunjut tangan kanan)
ALLAHUMMAGHFIR LIL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT, LIL MU’MINIINA WAL
MU’MINAAT, AL AHYAAI MINUM WAL AMWAAT, INNAKA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR
Ya Allah, Tuhan yang kasih sayangnya menyeluruh, dipagi dengan rahmat-Mu
yang penuh, kami sekeluarga bersimpuh, bersyukur atas nikmat sebagai berkah-Mu
yg utuh,
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mulia, jadikanlah momentum Ramadan di rumah
ini kembali merekatnya anggota keluarga, saling bercengkerama dan bahagia.
Serta jauhkanlah dari bala dan mara-bahaya
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara. Periharalah keluarga kami agar
tetap saling menasehati dalam hal kebaikan, saling mengingatkan ketika
terlupakan. Jauhkanlah kami dari permusuhan serta perselisihan.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. Ampunilah dosa kami, dosa keluarga
kami. Dosa kerabat-kerabat kami. Dosa teman dan guru-guru kami. Ya Allah, kasih
dan sayangmu tiada bertepi, lindungilah kami dan kabulkanlah doa permohonan
kami.
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ
صَغِيْرَا
“Wahai Tuhanku,
ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku
diwaktu kecil”
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa."
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.”
“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.”
Walhamdulillahirabbil’alamiin
Wassalamualaikum wr wb
Tulungagung, 21 Mei 2020
Oleh: Azmi Izuddin
Oleh: Azmi Izuddin
Komentar
Posting Komentar