Malaikat Mendarat


            Aku punya Papa yang sering kali ku panggil dalam hati seorang manusia terbang. Dia bisa memenuhi permintaanku dengan cepat sekali.Papa bagaikan malaikat. Dia selalu terlihat di mataku. Disetiap langkahku, setiap perlakuanku selalu diawasi oleh dia. Tapi dia tidak hanya melihat lalu mencatat, melainkan dia akan menasehatiku jika aku melakukaan hal yang tak semestinya.
            Papaku bagaikan tetes embun yang menyejukkanku. Saat dahaga dan kesepian, juga dalam sedih dan kerinduan. Di hatiku, papa seperti bunga-bunga yang indah, yang selalu mekar di seitap saat. Hanya dialah lelaki yang tak pernah lelah membuatku mengerti. Kehilangan sebentar pun, sungguh sangat memupuk hati.
            Papa, manusia yang seolah tak punya rasa lelah untuk memenuhi keingingan anak yang banyak maunya. Sebagai anak bungsu, aku memamng lebih manja dibanding saudara-saudaraku yang lain. Aku selalu ingin diantar Papa kemana saja. Bahkan, ibu pun tak pernah mampu membujuk untuk mengurungkan permintaanku. Apa pun yang aku mau, harus terpenuhi. Dan dia Papaku, adalah sosok yang luar biasa bagiku. Dia mampu memberikan apa saja apa yang aku minta dan aku inginkan. Bahkan dengan cepat Papaku memenuhinya, tanpa menunggu lama.
            Papaku memang luar biasa, tidak hanya itu, dia adalah manusia yang melebihi apa saja yang pernah aku lihat di dunia. Aku tidak minta saja, dia sudah mengerti apa yang aku mau. Di rumahku, aku bagaikan putra kecil yang berlabel raja. Mengapa?, karena aku punya ibu yang cantik, kakak laki-laki dan perempuan yang tidak kalah menraik dan seorang Papa yang terbang kemana-mana. Meski badannya agak gemuk, berkulit sawo matang, berjalan dengan pelan-pelan dan punya janggut tipis, dia bisa melebihi semuanya. Entah, apapun yang aku minta dia selalu mengerti dan memenuhi. Aku juga belum paham mengapa dia melakukan aku seperti ini. Layaknya aku menjadi pangeran kecil dirumah mungil ini.
            Meski dia sibuk dengan pekerjaannya demi memenuhi kebutuhan keluarga, dia juga rela berkorban demi kebahagiaanku. Dia memberikan apa saja yang ia punya. Dari sosok Papa, aku bisa belajar apapun. Hal kasih sayang, mencintai, memberikan senyuman manis, tanggung jawab. Tak lupa hal pantang menyerah selalu ia bawa saat ia mempunyai masalah. Mungkin begitu yang ada di hati dan pikiran Papa. Mempunyai segala sifat yang baik demi membuat aku dan keluargaku tercukupi dan bahagia.
            Papa menghadiahiku apa saja yang bisa dia lakukan. Ketika si Manusia Terbang ini tidak bisa terbang keluar, dia menghadiahi aku sebuah senyuman di setiap kali berjumpa, memberi semengat setiap aku belajar dan berangkat ke sekolah,dan dia membuatku merasa nyaman ketika aku mau tidur. Ia juaga sebagai penghibur saat aku mengangis. Pernah seuatu ketika, saat pulang sekolah dan aku masih TK, ibuku membelikan rujak untuk makan siang. Sebelum makan, aku dibimbing untuk membasuh tangan oleh Papaku. Ketika sudah sampai rumah, aku bergegas mengambil 2 piring dan 2 sendok untuk memenuhi perintah ibuku. Masih berpakaian seragam sekolah, aku membasuh kedua tanganku dengan tergesa-gesa. Dapur sedang licin, aku tau keadaan itu, karena kesukaanku pada rujak, aku tidak sabar untuk memakannya. Aku berlari menuju kran yang dibawahnya berlantai licin, dan apa yang terjadi, sebelum sampai ke kran, jeduuuuukkk…… dan suara tangisanku bersuara lantang. Aku terjatuh karena terpeleset. Dan kepalaku membentur benda yang keras, sehingga kepalaku keluar darah. Darah itu yang membuatku menangis, darah itu tidak berhenti juga mengeluarkan air merah, sehingga darah di kepalaku semakin lama, semakin banyak. Ibuku masih berada di ruang tamu dan si manusia terbang tadi masih di teras menaruh sepeda motor milik temannya. Aku menangis sekeras-kerasnya dan keduanya bergegas menghampiriku. Aku langsung digendong oleh Papaku, dia mengelapnya dengan tisu yang tiada jumlahnya di dahiku. Aku dialihkan ke ibuku, sehingga aku digendong oleh ibuku. Papaku menyediakan motor untuk membawaku ke puskesmas. Dia mengendalikan motornya dan ibuku yang menggendongku. Aku tahu Papaku sangat berhati-hati saat mengendarai motor itu. Dia memilih jalan yang halus agar tidak ada geronjalan yang mengakibatkan dahiku menjadi lebih sakit. Sesampai di puskesmas, Papaku langsung membawaku di sebuah ruangan yang mana dokter langsung merawatku. Aku dijahit sebanyak 3 kali, sampai sekarang masih membekas jahitannya. Aku sadar betapa susahnya Papaku ketika dia melihatku sakit. Dia menyibukkan agar aku tetap kelihatan bahagia dimatanya. Ia membuatku memiliki segalanya, tak ada harga yang pantas yang bisa menggantikan peran Papaku. Papa adalah mahkota dan ibu adalah pelengkap hidupku. Papaku seperti manusia yang seolah terbang
            Tetapi, kini semua sudah berlalu. Aku ingin menusia terbang itu menghampiriku lagi ketika aku beranjak dewasa. Namun, aku masih merasakan dekatnya Papa, aku selalu mengenang perjuangannya menyayangiku. Satu hal yang aku sesalkan, kenapa dulu ada yang memenuhi semua permintaanku tapi aku malah melakukan hal yang tidak berguna. Kini semuanya telah terasa, saat dia sudah tidak berada di sebelahku yang seperti dulu. Sekarang, emuanya  menjadi pelajaran bagi hidupku. Papa mengajarkan segalanya kepadaku, bahkan untuk beberapa hal yang tidak pernah kukatakan secara cepat dia bisa memenuhi. Bagaimana cara mencintai sepenuh hati.

            Aku tahu, ketika dewasa nanti aku tidak akan ditemani oleh manusia terbang lagi. Tapi beliau telah mengjarkanku bagaimaana pahitnya hidup ini. Aku mendapatkan segudang pelajaran darinya. Ini akan kujadikan bekal nanti. Papa, si manusia terbangku, aku janji tidak akan mengecewakanmu nanti, aku akan berusaha seperti apa yang kau lakukan kepadaku. Aku akan berjuang sepenuh tenagaku demi untuk membahagiakanmu dan ibuku. Dengan mengingat perjuanganmu aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tunggu aku Papa, aku akan membahagiakanmu kelak.

Komentar