Berapa rupiah yang dia dapat setiap kendaraan lewat? Berapa jumlah rupiah yang dia kumpulkan di setiap harinya? Mungkin hanya segelintir rupiah saja, biaya hidupnya hanya diperuntukkan makan sehari-hari, kadang pun masih kurang. Nah, bapak penunggu kereta api inilah yang bayarannya tergantung masyarakat yang melintas di depannya.
Oleh : AZMI IZUDDIN
SEJAK fajar menyingsing bapak sang penyelamat masyarakat itu sudah berangkat untuk mencari nafkah, memakai rompi berwarna oranye serta membawa bendera kuning untuk memberi isyarat hati-hati dan bila kereta lewat dia berdiri agar mereka yang melintas berhenti. Sehingga nyawa mereka terselamatkan. Setiap hari, setiap lampu merah menyala, setiap kereta lewat yang melintas di jalan soekarno-hatta desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Tulungagung. Kerjaan sepela itulah yang bapak kerjakan. Hanya mendapat imbalan dari mereka yang mau menyumbang yang ditaruh di kardus depan bapak itu duduk.
Sebelum bapak penyelamat ini bekerja memang dulu pernah ada suatu kejadian yang cukup mengerikan. Sopir ledok (sebutan di desa, kendaraan lebih besar dari pick up namun lebih kecil daripada truk) yang tidak mau menoleh kanan-kiri ketika melintas rel, saat itu juga kereta dengan melaju kecepatan tinggi melintas sehingga tabrakan tak bisa dihindarkan. Kepala kereta keluar dari jalurnya dan ledok pun terpental jauh, syukur tidak ada korban jiwa, namun sopir ledok tersebut melarikan diri dan tidak bertanggung jawab atas segala kejadiannya. Oleh karena itulah yang mendorong serta mendasari bapak penyelamat itu bekerja. Walaupun kerjanya hanya begitu, namun jasanya yang mungkin dilupakan banyak orang.
Memang, sebelum melintasi rel ada tulisan "STOP" dan "Berhenti tengok kiri dan kanan sebelum melintasi rel" tapi apalah arti tulisan tersebut, hanyalah sebuah pajangan jalan. Orang Indonesia selalu mengabaikannya sehingga nyawa pun menjadi taruhannya. "Biar orang yang lewat dan saya menjadi pengawasnya saja" Tutur bapak itu. Coba bayangkan, mengawasi kereta lewat yang kiranya hanya melintas 30 menit sekali, apakah tidak ngantuk jika kita menjadi?, apakah kita betah duduk disitu selama seharian? Bapak berhati lembut itu dengan ikhlas bekerja dengan upah sedikit. Banyak recehan yang ia dapat, kadang orang mengasihinya sebuah air mineral dan untung-untung mendapat nasi.
Jasamu banyak yang melupakan bapak, upahmu juga hanya segelintir rupiah, namun kerja ikhlasmu membuat mereka terselamatkan. "Hanya ini yang bisa bapak lakukan, tentang rupiah biar Tuhan yang mengatur, keselamatan merekalah yang aku harapkan" Ujar bapak bertopi dan bercelana hitam.
Sebelum bapak penyelamat ini bekerja memang dulu pernah ada suatu kejadian yang cukup mengerikan. Sopir ledok (sebutan di desa, kendaraan lebih besar dari pick up namun lebih kecil daripada truk) yang tidak mau menoleh kanan-kiri ketika melintas rel, saat itu juga kereta dengan melaju kecepatan tinggi melintas sehingga tabrakan tak bisa dihindarkan. Kepala kereta keluar dari jalurnya dan ledok pun terpental jauh, syukur tidak ada korban jiwa, namun sopir ledok tersebut melarikan diri dan tidak bertanggung jawab atas segala kejadiannya. Oleh karena itulah yang mendorong serta mendasari bapak penyelamat itu bekerja. Walaupun kerjanya hanya begitu, namun jasanya yang mungkin dilupakan banyak orang.
Memang, sebelum melintasi rel ada tulisan "STOP" dan "Berhenti tengok kiri dan kanan sebelum melintasi rel" tapi apalah arti tulisan tersebut, hanyalah sebuah pajangan jalan. Orang Indonesia selalu mengabaikannya sehingga nyawa pun menjadi taruhannya. "Biar orang yang lewat dan saya menjadi pengawasnya saja" Tutur bapak itu. Coba bayangkan, mengawasi kereta lewat yang kiranya hanya melintas 30 menit sekali, apakah tidak ngantuk jika kita menjadi?, apakah kita betah duduk disitu selama seharian? Bapak berhati lembut itu dengan ikhlas bekerja dengan upah sedikit. Banyak recehan yang ia dapat, kadang orang mengasihinya sebuah air mineral dan untung-untung mendapat nasi.
Jasamu banyak yang melupakan bapak, upahmu juga hanya segelintir rupiah, namun kerja ikhlasmu membuat mereka terselamatkan. "Hanya ini yang bisa bapak lakukan, tentang rupiah biar Tuhan yang mengatur, keselamatan merekalah yang aku harapkan" Ujar bapak bertopi dan bercelana hitam.
Itulah istiqomah, ada yg melihat dan tidak ada yg melihat tetap bekerja. Ada yg menghargai dan tidak ada yg menhargai tetap bekerja. Ada yang memberi atau tidak ada yg memberi tetap bekerja. Ada yang memberi penghargan atau tidak ada yg memberi penghargaan tetap bekerja. "Faillah robika warghob.
BalasHapusMemang semua itu kehendak Tuhan. Kita hanya bisa bekerja.... Bapak Sudarusman yg punya pengalaman lebih.
HapusItulah istiqomah, ada yg melihat dan tidak ada yg melihat tetap bekerja. Ada yg menghargai dan tidak ada yg menhargai tetap bekerja. Ada yang memberi atau tidak ada yg memberi tetap bekerja. Ada yang memberi penghargan atau tidak ada yg memberi penghargaan tetap bekerja. "Faillah robika warghob.
BalasHapus