Apabila perbuatan anak tidak mencerminkan perilaku baik, melakukan
tindakan kekerasan terhadap teman sebaya dan lebih ironisnya lagi mereka sadar
apa yang ia lakukan bahwa akan merugikan dirinya sendiri. Terus, apakah kalian
rela membiarkan anak bangsa seperti ini? dan siapakah pelaku kekerasan terhadap
anak yang sebenarnya?
Begitulah sikap
perbuatan anak muda Indonesia saat ini. Selain tidak memikirkan masa depan
bangsa dan negaranya bahkan masa depan mereka telah terkubur dengan apa yang
mereka perbuat. Terbayang, mereka telah mengalami penderitaan fisik, emosi dan
psikologi tingkat tinggi, sampai menyentuh pada titik kekhawatiran. Ini bukan
lagi soal sederhana, seperti menjawab soal di sekolah yang mudah lalu mendapat
nilai sempurna, tapi ini adalah persoalan mendidik karakter kepada mereka
dengan memperjuangkan dan memperdulikan hak-haknya, memotivasi dan mendukung
apa yang mereka inginkan hingga kelak menjadi anak muda yang dirindukan bangsa.
Sebagian besar anak-anak tertimpa kekerasan terjadi di rumah sendiri, sekolah
dan lingkungan tempat mereka berinteraksi.
Orang tua yang
diabadikan sebagai teladan mereka kebanyakan telah menghindar dari
kewajibannya. Mengabaikan anaknya berperilaku sebebas-bebasnya tidak ada
pantauan dari adalah hal remeh yang sering dilakukan orang tua. Kadang saking
sibuknya dengan pekerjaan, sang buah hati terlalaikan sehingga jalan pintasnya
adalah menitipkan anaknya di sebuah penitipan anak. Sang anak tidak bisa
mendapatkan kasih sayang orang tuanya secara langsung, sesungguhnya secara
tidak sadar kecintaan orang tua yang berupa kasih sayang dan didikan langsung
tanpa perantara dapat menumbuhkan kepribadian, kepercayaan diri yang tinggi dan
yang lebih penting adalah membangun karakter baik anak tersebut.
Kekerasan pada
anak yang bisa memunculkan beberapa masalah yakni secara fisik dan psikologi
juga bisa didapat di sekolah dan lingkungannya. Cara memilih teman yang akan
menjadi tempat pergaulan mereka adalah faktor terpenting. Sebaik apapun anak
tersebut jika salah memilih sahabat dan terjun di lingkungan yang tidak
berbenah, akan menjadi anak yang berperilakuan buruk. Karena sekolah dan
lingkungan merupakan tempat pengabdian kedua setelah rumah mereka sendiri. Meremehkan
salah satu tempat tersebut dapat merubah perilaku anak kedepannya. Anak itu
menjadi betul-betul nakal ketika sekelilingnya juga nakal dan mendorong untuk
berbuat kerusakan sehingga yang ia lihat hanyalah perbuatan-perbuatan nakal
lantas melakukannya.
Dampak kekerasan
pada anak dibagi menjadi dua, yakni secara fisik dan psikologis. Dari segi
fisik sudah bisa terlihat yakni mengalai luka memar, benjolan-benjolan,
berkaitan dengan kesehatan dan lain sebagainya. Sementara ungkapan dampak
kekerasan secara psikologis ini sangat perlu untuk diketahui oleh para orang
tua dan mereka yang peduli terhadap kehidupan mereka yakni penyakit dari dalam
/ batin, merasa tidak berguna, perasaan, kehilangan kepercayaan diri, bingung
mau melakukan apa dan semua berkaitan dengan perilaku mereka yang mana apabila
tidak ditangani dengan segera akan mempengaruhi kehidupannya di masa tua nanti.
Kita sebagai
manusia yang sadar melihat kondisi mereka yang begitu tertindas oleh orang tua
dan lingkungannya. Mengajak berbicara mereka dari hati ke hati terutama tentang
kekerasan yang telah menimpanya. Menjadi pendengar dan pemerhati mereka apa
kemauannya dan berusaha mambantu atau bahkan mewujudkannya. Kita tahu seberapa
banyak perilaku kekerasan anak yang terjadi di negara kita, apakah kamu rela
melihat kondisi teman sebayamu tak mendapat asupan hak-hak dari orang tuanya?
Tentu tidak. Ada ribuan jalan untuk membuat mereka bahagia. Mengajak bermain
bersama, membuat lingkungan dan komunitas positif untuk mereka, ikut serta
dalam menyuarakan hak-hak anak, dan lain sebagainya. Itu semua demi kepentingan
sesama serta memajukan bangsa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar