#6: Dua Nasib yang Berbeda


Budi seorang pedagang ikan yang penghasilannya cukup untuk memenuhi dirinya dan keluarganya. Pas-pasan. Tidak lebih tidak kurang. Sederhana. Ia selalu berdagang dengan usaha yang maksimal. Panas, keringatan, pegal hingga gatal-gatal adalah asupan tiap hari selain makanan. Keuangan Budi sangat bergantung pada hasil jualan. Kadang malah masih ngirit walaupun hasil dagangannya laris.  Namun di suatu hari pasti adakalanya orang-orang bosan makan ikan sehingga barang dagangannya hanya laku sedikit, tidak sampai modal. Untungnya Budi adalah orang yang tegar. Selalu bersyukur dengan hasil yang ada. Berdoa agar dagangannya laris tiap hari. Rumahnya kecil nan mungil. Namun istrinya selalu membersihkan setiap sudut ruangan. Alhasil rumahnya menjadi tempat berlindung yang nyaman.

Di sisi lain Hartono adalah seorang anggota DPR. Tiap hari kerjanya di gedung. Ruangan ber AC, dingin, kursi nyaman, hingga fasilitas toilet duduk. Keuangannya lancar, tidak terlalu memikirkan apakah uang ini pas untuk kebutuhan keluarga. Hasilnya selalu dan selalu bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Tak lupa Hartono selalu bersyukur dan berdoa kepada Allah. Rumahnya bisa dikatakan kategori kelas menengah keatas. Di terasnya ada air mancur dan macam-macam bunga. Ruang tamu yang memadai, berlantai dua, berkasur ‘spring bed’, dilengkapi 1 mobil dan 1 motor pribadi. Dia punya pembantu rumah tangga. Sebenarnya istrinya mampu untuk membersihkan rumahnya, tetapi niat pak Hartono adalah membantu, toh pembantunya adalah teman SMA dulu yang kurang beruntung nasibnya.
Dua gambaran kehidupan yang berbeda. Mungkin tidak banyak yang ingin menjadi Budi, bahkan tidak ada. Tapi nyatanya banyak di negeri Indonesia. Kalau kita memilih, pasti ingin seperti Hartono. Nyaman dan tidak keringetan. Hanya satu yang membedakan mereka. Benar hanya satu. Yaitu pengujian Tuhan. Mereka diuji dengan harta. Apakah Budi bisa bertahan dengan harta yang pas-pasan, ingat waktu salat ketika masih berdagang atau malah mengeluh, putus asa yang ujungnya jadi meminta-minta? Apakah Hartono dengan kekayaannya menjadi sombong, takabbur, cinta harta dan lupa atas kewajibannya?

Cobaan yang diberikan Allah adalah pembeda dari pola kehidupan diatas. Mungkin kalian tidak tau, kalau Hartono suka memberi barang yang disukai kepada orang yang membutuhkan akhirnya ia menjadi kaya. Selalu menghidupkan 1/3 malamnya walaupun tidur diatas spring bed. Selalu menjaga salat dhuha dan salat 5 waktu berjamaah di masjid. Kita tidak akan pernah tau.

Kita juga tidak tau apakah dengan keadaan yang serba cukup membuat Budi menjadi lebih taat kepada Allah, terus optimis dan menangkis rasa putus asa. Menjadi lebih giat daripada sebelumnya. Kita tidak akan pernah tahu.

Jalan keluar dari segala sumber permasalahan adalah kedekatan diri dengan Tuhan. Bagaimana menjaga diri ini dari godaan yang ada. Tidak ada jaminan mereka yang suka ngaji lebih dekat, yang suka berceramah lebih dekat atau bahkan mereka yang hafiz qur’an menjadi yang terdekat. Sama sekali bukan. Masalah ini bersifat sembunyi. Abstrak. Urusan hati dengan Allah. Dan hanyalah Allah yang mengetahui isi hati orang yang sebenar-benarnya. Bukankah orang yang paling mulia disisi Tuhannya ialah orang yang paling bertaqwa? (QS. 49 : 13)


Tulungagung 6 Ramadan 1441H / 29 April 2020M

Komentar