Budi seorang
pedagang ikan yang penghasilannya cukup untuk memenuhi dirinya dan keluarganya.
Pas-pasan. Tidak lebih tidak kurang. Sederhana. Ia selalu berdagang dengan
usaha yang maksimal. Panas, keringatan, pegal hingga gatal-gatal adalah asupan
tiap hari selain makanan. Keuangan Budi sangat bergantung pada hasil jualan.
Kadang malah masih ngirit walaupun hasil dagangannya laris. Namun di suatu hari pasti adakalanya orang-orang
bosan makan ikan sehingga barang dagangannya hanya laku sedikit, tidak sampai
modal. Untungnya Budi adalah orang yang tegar. Selalu bersyukur dengan hasil
yang ada. Berdoa agar dagangannya laris tiap hari. Rumahnya kecil nan mungil. Namun
istrinya selalu membersihkan setiap sudut ruangan. Alhasil rumahnya menjadi
tempat berlindung yang nyaman.
Di sisi lain
Hartono adalah seorang anggota DPR. Tiap hari kerjanya di gedung. Ruangan ber
AC, dingin, kursi nyaman, hingga fasilitas toilet duduk. Keuangannya lancar,
tidak terlalu memikirkan apakah uang ini pas untuk kebutuhan keluarga. Hasilnya
selalu dan selalu bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Tak lupa Hartono selalu
bersyukur dan berdoa kepada Allah. Rumahnya bisa dikatakan kategori kelas
menengah keatas. Di terasnya ada air mancur dan macam-macam bunga. Ruang tamu
yang memadai, berlantai dua, berkasur ‘spring bed’, dilengkapi 1 mobil dan 1
motor pribadi. Dia punya pembantu rumah tangga. Sebenarnya istrinya mampu untuk
membersihkan rumahnya, tetapi niat pak Hartono adalah membantu, toh pembantunya
adalah teman SMA dulu yang kurang beruntung nasibnya.
Dua gambaran
kehidupan yang berbeda. Mungkin tidak banyak yang ingin menjadi Budi, bahkan
tidak ada. Tapi nyatanya banyak di negeri Indonesia. Kalau kita memilih, pasti
ingin seperti Hartono. Nyaman dan tidak keringetan. Hanya satu yang membedakan
mereka. Benar hanya satu. Yaitu pengujian Tuhan. Mereka diuji dengan harta. Apakah
Budi bisa bertahan dengan harta yang pas-pasan, ingat waktu salat ketika masih
berdagang atau malah mengeluh, putus asa yang ujungnya jadi meminta-minta? Apakah
Hartono dengan kekayaannya menjadi sombong, takabbur, cinta harta dan lupa atas
kewajibannya?
Cobaan yang
diberikan Allah adalah pembeda dari pola kehidupan diatas. Mungkin kalian tidak
tau, kalau Hartono suka memberi barang yang disukai kepada orang yang
membutuhkan akhirnya ia menjadi kaya. Selalu menghidupkan 1/3 malamnya walaupun
tidur diatas spring bed. Selalu menjaga salat dhuha dan salat 5 waktu berjamaah
di masjid. Kita tidak akan pernah tau.
Kita juga
tidak tau apakah dengan keadaan yang serba cukup membuat Budi menjadi lebih
taat kepada Allah, terus optimis dan menangkis rasa putus asa. Menjadi lebih
giat daripada sebelumnya. Kita tidak akan pernah tahu.
Jalan keluar
dari segala sumber permasalahan adalah kedekatan diri dengan Tuhan. Bagaimana menjaga
diri ini dari godaan yang ada. Tidak ada jaminan mereka yang suka ngaji lebih
dekat, yang suka berceramah lebih dekat atau bahkan mereka yang hafiz qur’an
menjadi yang terdekat. Sama sekali bukan. Masalah ini bersifat sembunyi. Abstrak.
Urusan hati dengan Allah. Dan hanyalah Allah yang mengetahui isi hati orang
yang sebenar-benarnya. Bukankah orang yang paling mulia disisi Tuhannya ialah
orang yang paling bertaqwa? (QS. 49 : 13)
Tulungagung 6 Ramadan 1441H / 29 April
2020M
Komentar
Posting Komentar